Kamis, 14 Februari 2019

Gerakan Menulis 100 Titik Di Indonesia

Gerakan Menulis 100 Titik Di Indonesia
·         Guru Di Pidie Jaya Harus Kuasai Digitalisasi
 
Meureudu. Sekolah Menengah Atas (SMP) Satu atap Bandar Baru, menjadi satu-satunya sekolah sekolah di Kabupaten Pidie Jaya sebagai lokasi gerakan literasi dan menulis 100 titik di seluruh Indonesia. Gerakan tersebut mendapat dukungan penuh dari Pemkab Pidie Jaya, karena akan menjadikan daerah itu sebagai daerah yang cemerlang ke depan.
 
Kegiatan gerakan literasi dan menulis 100 titik di seluruh Indonesia yang di laksanakan di SMP satu Atap Bandar Baru, tersebut dibuka Sekda Pidie Jaya, Abd Rahman Puteh, Kamis (14/2). Sekda mengatakan, lahirnya Kabupaten Pidie Jaya diamabil dari filosofi Malem Dagang dan filosofi Tgk Japakeh. Di mana kedua nama tersebut adalah penulis ternama dan penggagas pendidikan ternama pada masanya.
 
Dikatakan Sekda, Ikatan Guru Indonesia (IGI) telah mengajarkan guru-guru di Indonesia untuk belajar menghasilkan karya tulis. Dan hasil dari pendampingan yang dilakukan itu, di Pidie Jaya telah ada guru yang telah menghasilkan lima karya tulisnya berupa buku.
 
“ Kita bangga dengan telah ada lima literatur yang dihasilkan oleh guru-guru yang ada di tengah-tengah kita. Kami bangga, gagasan ini terus dikembangkan dan pemerintah akan terus mendukung,” sebut Abd Rahman Puteh.
 
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kabupaten Pidie Jaya, Saiful pada kesempatan itu menyampaikan, Gerakan Literasi (menulis) serentak di 100 titik di indonesaia, salah satunya di Kabupaten Pidue Jaya yaitu SMP satu atap Pidie Jaya itu, menjadi tonggak untuk tumbuh kembangkan kemampuan literiasi para pendidik di daerah tersebut.
 
Menurutnya, di era revolusi industry 4.0 ini, di mana pendidikan juga sudah mulai dirambah oleh digitalisasi, semua guru dan siswa harus memahima dan melek dengan digitalisasi tersebut. Menurutnya, jika guru dan siswa tidak memahami digitalisasi, maka akan tertinggallah semuanya di era yang informasinya serba cepat sekarang ini.
 
“ Ibu-ibu dan bapak harus memahami digitalisasi. Kita harus mengerjar ketertinggalan ini dengan belajar menggunakan digitalisasi. Begitupun, di era revolusi industry 4.0 ini, pendidikan karakter moral, karakter kinerja dan komptensi siswa harus juga harus dibangun,” sebut Saiful.
 
Disebutkan juga, dengan literasi, bukan hanya membangun paradigm membaca dan menulis saja, tapi bagaimana menata siswa untuk mendapatkan informasi dan menghadapi kehidupannya dimasa depan. Menurut dia, dengan literasi, mestinya mampu menghidupkan imajinasai menulis siswa dan guru semakin kuat.
Kontributor Pijay zulwanis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar