Rabu, 23 Desember 2020

Alumni PGSD 90an Gelar Reuni, Eksistensi Silaturahmi untuk berbagi


Meulaboh _ Alumni Mahasiswa Program Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melaksanakan reunian di Wilayah Barat  di Pantai Bubon Selasa 22/12/2020.

Reuni Alumni PGSD tahun ini adalah tahun ke 6. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para Alumni sebagai jalan menyambung tali silaturahmi antar Alumni dan keluarga. Para Alumni diwajibkan mengikut sertakan keluar, baik suami atau istri juga anak anak kata Hamid ketua reuni juga mantan ketua warga waktu kuliah tahun 1993 UPP lampeunurut. 

Uniknya reuni angkatan 90an ini yaitu tempat reuni selalu berpindah pindah di setiap tahun. "Tempat reuni tahun depan, kami putuskan berdasarkan hasil musyawarah setiap akhir reuni tahun berjalan dan atas kesediaan tuan rumah tempat reuni tersebut" Kata Bustami angkatan 92 sekarang bertugas sebagai sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Nagan Raya. 

Chairil Anwar sebagai ketua panitia tempat tahun ini memberi keterangan kepada media ini, peserta yang ikut hari ini 52 teridi dari Nagan Raya 13 keluarga, meulaboh 4 keluarga, Aceh Selatan 6 keluarga,  Aceh Besar 2 keluarga, Pidie 4 keluarga, Bireun 2 keluarga, Aceh Utara 3 keluarga, langsa 2 keluarga ulas pengawas PAI SMA SMK Aceh Barat. 

" Tahun 2021 Aceh Timur sebagai tuan rumah sebagai pilihan pertama dan pilihan kedua adalah kota Sabang" Kata bu Malinda. Bagi teman yang ingin bergabung tahun depan silakan daftar diri pada Ketua alumni atau kunjungi Facebook Alumni DII PGSD unsyiah.

Kami berharap Alumni PGSD harus kompak membangun pendidikan Aceh. Kita tunjukkan bahwa kita memberi kontribusi nyata untuk Ummat 
Kontributor: Hamid

Sabtu, 19 Desember 2020

Radar Bike, Titik Kumpul Gowes Bareng Tim MBGH


Banda Aceh - Berbagai cara dilakukan untuk mempererat hubungan antara pelatih dengan sesama anggotanya. Begitu juga dengan Tim Marching Band Gita Handayani ini, mereka mengadakan kegiatan bersepeda bersama seluruh anggotanya. 

Ketua tim pelatih Marching Band Gita Handayani, Taufik Hidayat kepada media, Minggu (20/12/2020) di Radar Bike Jambo Tape menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya pihaknya dalam rangka meningkatkan kapasitas sesama anggota tim. 

"Jadi pada kesempatan ini kita memilih untuk melaksanakan kegiatan gowes ini. Karena murah dan mudah dilakukan oleh siapa pun. Terlebih dengan kondisi pandemi Covid 19 sekarang yang mengharuskan kita untuk menjaga kesehatan dan kebugaran," terangnya. 

Dia memastikan peserta yang ikut kegiatan gowes ini mencapai 60 peserta dengan jarak tempuh 35 km. Sedangkan untuk titik kumpul dan finishnya di Radar Bike di Jambo Tape, Kota Banda Aceh atau depan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Aceh. 

"Sesudah gowes, anak-anak juga akan diperkenalkan dan diberikan informasi tentang manfaat olahraga sepeda dan jenis sepeda sesuai dengan postur tubuh masing-masingnya. Karena di Radar Aceh disediakan bermacam jenis sepeda yang digunakan atlet dan masyarakat umum," ujar pria yang akrab dipanggil Toya. 

Selain menjaga stamina, kata Toya,  olahraga yang familiar dengan gowes ini dinilai bisa mempererat hubungan sekaligus membangun kebersamaan antara pelatih dan anggotanya. 

"Olahraga ini juga berguna untuk menjaga stamina agar tetap stabil. Itu merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh anggota tim MBGH," katanya. 

Dirinya menambahkan, kegiatan gowes tak hanya kali ini saja digelar, nantinya kita juga akan sering olahraga bersepeda. Kegiatan kali ini tidak hanya diikuti oleh anggota Tim Marching Band Gita Handayani dan jajaran saja, melainkan diikuti juga oleh beberapa komunitas sepeda lainnya.

Berikut beberapa manfaat bersepeda untuk kesehatan :

1. Mengontrol berat badan
Bersepeda adalah cara yang baik untuk mengontrol atau mengurangi berat badan karena dapat meningkatkan tingkat metabolisme, membangun otot dan membakar lemak tubuh.

Penelitian menunjukkan bersepeda selama satu jam membantu membakar 300 kalori. Riset dari Inggris juga membuktikan, bersepeda selama setengah jam setiap hari membantu membakar lima kilogram lemak dalam setahun.

2. Menjaga kesehatan jantung
Bersepeda memperkuat otot jantung, menurunkan denyut nadi istirahat dan mengurangi kadar lemak darah.
Riset dari Denmar yang meneliti 30.000 orang berusia 20 hingga 93 tahun juga membuktikan bersepeda secara teratur melindungi kita dari penyakit jantung.

4. Meminimalisir risiko diabetes
Diabetes tipe 2 merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Kurangnya aktivitas fisik adalah alasan utama yang membuat penderita diabetes meningkat setiap waktu.
Riset dari Finlandia membuktikan, bersepeda 30 menit per hari mampu mengurangi risiko diabetes hingga 40 persen.

5. Meningkatkan kesehatan mental
Gangguan kesehatan mental seperti depresi, stres dan kecemasan dapat dikurangi dengan mengendarai sepeda secara teratur.
Hal ini disebabkan karena bersepeda memiliki efek yang sama seperti rekreasi sehingga mendorong dopamin yang memicu rasa bahagia.

Selasa, 01 Desember 2020

*Anies Baswedan bukan temanku*

Anies Baswedan bukan temanku*
Oleh:. 
*Sirikit Syah*

Banyak teman mengira aku pendukung AB, entah dalam konteks apa. Tapi aku memang mengagumi sosok satu ini jauh sejak dia masih “belum apa-apa”. Waktu itu, tahun 2007, saya masih di Brunei Darussalam. Saya membaca berita bahwa di salah satu majalah luar negeri, namanya disebutkan sebagai salah satu dari 100 tokoh muda berpengaruh di dunia.

Ketika dia menjadi Rektor Universitas Paramadina, saya hampir selesai kontrak dengan The Brunei Times. Saya menghubungi orang yang tidak saya kenal itu, dan dia menyambut dengan sangat ramah. Saya ajukan kemungkinan saya melamar sebagai wakil rektor di Paramadina, dia menyambut baik dan memberi petunjuk apa yg harus saya lakukan. Alhasil, pada suatu hari di Jakarta, saya berhadapan dengan AB dan jajarannya, diwawancarai untuk kemungkinan jabatan Warek I (kalau saya tidak salah ingat). Modal saya cuma pengalaman menjadi Warek di Stikosa 2003-2007 (pengalaman wartawan belasan tahun tidak signifikan di sini). Ternyata pada hari yang sama ada beberapa kandidat lainnya yang diwawancarai. Saya tidak berhasil, kandidat lain lebih memenuhi syarat dan standar Paramadina. Itulah pertamakalinya saya bertemu dengan AB.
Tahun 2008, merasa sudah kenal, saya mengundangnya untuk menjadi keynote speaker pada acara yang kami selenggarakan (LKM Media Watch – Klub Guru) untuk memeringati Hari Pendidikan Nasional. Fasilitas tempat dan snack disponsori Fakultas Kedokteran Unair. Biaya mendatangkan AB akan kami tanggung. AB bersedia hadir, di hadapan para guru dan dokter-dosen FK Unair, kira-kira 100 audience, dan berbicara dengan sangat mengesankan tentang pendidikan, toleransi, dan kebangsaan. Waktu mau ke bandara, asisten menyampaikan amplop biaya kehadirannya, dia menolak. Dia kembalikan. Jadi, dia datang memenuhi undangan orang yang baru dikenalnya, mengeluarkan biaya sendiri. Itulah Anies Baswedan, karakternya terbaca sejak sebelum dia jadi tokoh besar.

Tahun 2010 saya bertemu lagi di forum budaya ASEAN di Jakarta, AB sebagai salah satu pembicara, dan topiknya out of the box: perlunya pendidikan bagi para orangtua, sebelum mikir pendidikan generasi muda. Tahun yang sama, atau 2011, AB diundang ke kampus UNESA Ketintang. Ketika mobilnya putar-putar cari lokasi acara, saya yang sudah kontak-kontak dengannya, mencegatnya dan mengajaknya mampir di warkop kampus yang dipenuhi rekan alumni dan mahasiswa. AB bersedia masuk, duduk, ngobrol bersama kami, ngopi. Sesaat kemudian, dia menuju lokasi dengan audience memenuhi hall berkapasitas 1000-an orang, dan melakoni tugas sebagai main speaker dengan topik pendidikan dan masa depan bangsa.
Sampai di sini, saya berstatus hanya kenal dengan AB. Bukan teman. Tahun 2011 kalau tidak salah, AB mendirikan Indonesia Mengajar. Sungguh sebuah gerakan yang sangat diperlukan di Indonesia. Saya tidak tahu darimana fundingnya, tapi bagi para pengajar (umumnya mahasiswa tingkat akhir atau fresh graduates) diberikan honorarium yang layak. Mereka disebar ke pelosok-pelosok terjauh dan terpencil di seluruh Indonesia untuk mengajar anak-anak yang tak punya akses pendidikan formal, selama beberapa bulan atau satu tahun. Waktu itu saya berpikir: “Donaturnya pasti banyak ya, membiayai ratusan volunteer seperti itu, dan pasti nama AB ini sangat mudah menyerap dana alias punya nilai jual.”
Meskipun bukan teman, AB tiap tahun mengirimi saya kartu lebaran bergambar foto mutakhir keluarganya. Melihat foto anak gadisnya yang berambut ikal tanpa hijab, saya berkesimpulan bahwa mereka keluarga Islam moderat. Dia kemudian makin meningkat karirnya dengan ditunjuk sebagai Mendikbud di era awal Presiden Jokowi. Di era Presiden SBY, dia menduduki posisi tertinggi bersama Dahlan Iskan sebagai capres yang akan diusung oleh Konvensi Capres Partai Demokrat 2013-2014 (namun malah tidak jadi diusung). Sekali pernah dia kirim WA, mengomentari sebuah tulisanku di koran. “Tulisannya bagus, mbak,” tulisnya.

Tahun 2018, dalam sebuah perhelatan PWI Pusat, dimana saya merupakan salah satu pengurusnya, di gedung LKBN Antara di Jakarta, AB yang sudah menjadi Gubernur DKI menjadi pembicara. Ketika turun panggung, tentu dia dikerubuti wartawan dan panitia-pengurus PWI. Tapi begitu melihat saya, dia berhenti berjalan dan menyapa: “Mbak Sirikit, kok ada di sini. Bagaimana? Sehat ya?” Di hadapan begitu banyak orang, disapa tokoh semacam AB, rasanya sesuatu banget. Saya sendiri terkesan bahwa setelah sekian tahun tak bertemu, dia masih hafal wajah dan nama saya. Padahal kami tidak berteman akrab.
Itulah AB yang saya kenal. Baru-baru ini dia Kirim WA: “Assalamu alaikum Mba Sirikit. Mendoakan semoga Allah terus melimpahkan rahmah, barokah, dan perlindungan utk Mba Sirikit. Alhamdulillah masa kritis telah terlewati. Insya Allah makin sehat Mba. Kita bisa berdiskusi lagi, ngobrol lagi, dan sama-sama bekerja untuk kemajuan Indonesia.” Darimana dia tahu saya sakit? Tentu bukan dari saya. Fakta bahwa dia tahu, dan mengirimkan simpati serta doa, lagi-lagi meninggalkan kesan mendalam bagi saya.

Jadi, kalau ada yang menuduh saya pro/pendukung AB –dalam konteks politik- ya, apa boleh buat. Pengalaman nyata saya dan pengamatan selama ini sebagai pengamat media, tak bisa tidak, menyimpulkan bahwa dia orang yang baik. Terlepas dia pintar dalam berbagai hal, tidak terlalu penting. Yang dibutuhkan oleh Indonesia adalah orang dengan pribadi/karakter yang baik, tak goyah oleh jabatan, kekuasaan, dipuji tidak terbang, dibully tidak tumbang.
========

Sirikit Syah
Penulis dan pengamat media
28 November 2020

Sabtu, 07 November 2020

Cerita Singkat Kisah Kehidupan Abu Ibrahim Woyla

Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama pengembara yang berasal dari Aceh Barat. Di kalangan masyarakat Aceh, ia juga dikenal dengan nama Abu/Teungku Beurahim Keuramat.

Ketika Abu Ibrahim Woyla meninggal, ribuan orang berkunjung untuk melayat selama 30 hari sebagai tanda bahwa ia sangat dihormati oleh masyarakat.

Abu Ibrahim Woyla dilahirkan pada tahun 1919 di Kampung Pasi Aceh, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat dengan nama lengkap Teungku Ibrahim bin Teungku Sulaiman bin Teungku Husen.

Pendidikan formal yang diselesaikan oleh Abu Ibrahim Woyla adalah Sekolah Rakyat (SR) selebihnya menempuh pendidikan dayah (pesantren) selama hampir 25 tahun.

Selama hidupnya, Abu Ibrahim Woyla pernah belajar selama 12 tahun pada Syekh Mahmud, seorang ulama asal Lhoknga, Aceh Besar yang kemudian mendirikan Dayah Bustanul Huda di Blang Pidie, Aceh Barat Daya. Salah satu murid Syekh Mahmud ini adalah Abuya Muda Waly yang kemudian menjadi ulama tersohor di Aceh.

Selain itu Abu Ibrahim Woyla juga pernah belajar pada Abu Calang (Muhammad Arsyad) dan Teungku Bilyatin (Suak) bersama rekan seangkatannya yang bernama Teungku Adnan Bakongan.

Setelah Abuya Muda Waly kembali dari Mekkah dan membuka Dayah Darussalam di Labuhan Haji, Aceh Selatan, maka Abu Ibrahim Woyla kembali belajar kepada Abuya Muda Waly selama dua tahun untuk memperdalam Tareqat Naqsyabandiah. Selesai belajar kepada Abuya Muda Waly, Abu Ibrahim Woyla kembali ke kampungnya di Pasi Aceh.

Tak lama setelah kembali ke kampung halamannya, Abu Ibrahim Woyla mulai mengembara tanpa seorangpun yang tahu kemana tujuannya. Menurut salah seorang menantunya yang bernama Teungku Nasruddin, Abu Ibrahim Woyla pernah menghilang sebanyak tiga kali selama hidupnya. Pertama sekali selama dua bulan, kedua kali selama dua tahun, dan ketiga selama empat tahun.

Setelah menghilang untuk ketiga kalinya, kemudian Abu Ibrahim Woyla kembali ke keluarganya dengan kondisi rambut dan tubuh yang tidak terurus. Karena kondisinya yang seperti itu maka banyak orang yang menganggap kalau Abu Ibrahim Woyla sudah tidak waras lagi.

Sejak kecil Abu Ibrahim Woyla dikenal sebagai sosok yang pendiam, ia hanya berkomunikasi jika ada yang perlu disampaikan. Hal ini menyebabkan orang lain tidak berani menanyakan hal-hal aneh yang dilakukannya.[1]

Abu Ibrahim Woyla memiliki dua orang istri yaitu Rukiah dan seorang wanita lagi yang tidak disebutkan namanya. Istri kedua beliau dinikahi di Peulantee, Aceh Barat, dua tahun sebelum Abu Ibrahim Woyla meninggal dunia. 

Dari istri kedua ini, Abu Ibrahim Woyla tidak mendapatkan anak. Dari istri pertama, Abu Ibrahim Woyla mendapatkan tiga orang anak yaitu Salmiah, Hayatun Nufus, dan Zulkifli.

Ada cerita yang menyatakan bahwa ketika Salmiah berumur 6 bulan dalam kandungan, Abu Ibrahim Woyla beberapa kali mengatakan ingin membelah perut istrinya untuk melihat anaknya.

Meskipun hal itu tidak pernah dilakukannya tapi ucapannya itu membuat keluarganya cemas.

Anak pertama yang bernama Salmiah lahir pada tahun 1954, tetapi untuk Abu Ibrahim Woyla ini bukanlah sebuah peristiwa yang istimewa karena dia hanya pulang sebentar dan kemudian kembali menghilang.

Ketika Salmiah sudah mulai beranjak besar, barulah Abu Ibrahim Woyla kembali ke kampungnya dan membuka kebun di Suwak Trieng. Kehidupan normalnya itu terus berlangsung hingga kelahiran anak ketiganya yang bernama Zulkifli.

Tidak lama setelah kelahiran Zulkifli, Abu Ibrahim Woyla kembali mengembara sehingga istrinya meminta agar dipulangkan ke rumah orang tuanya.

Hal ini terjadi karena menurut istrinya, Abu Ibrahim Woyla tidak lagi peduli kepada keluarganya dan hanya sibuk dengan zikirnya saja. Tetapi hal ini tidak terwujud dan mereka tetap hidup bersama hingga akhir hayatnya.

Sering Membagikan Uang Kepada Anak-Anak

Menurut menantunya yang bernama Teungku Nasruddin, Abu Ibrahim Woyla sering membagikan uang yang dimilikinya kepada orang lain yang membutuhkan tanpa perhitungan.

Kebanyakan yang menerima uang tersebut adalah anak-anak, terkadang ada anak-anak yang menerima Rp.50.000, Rp.20.000, atau bahkan hanya Rp.1.000.

Mampu Menyingkat Waktu Perjalanan Sunting

Di masa hidupnya, Abu Ibrahim Woyla dikenal sangat suka berjalan kaki. Suatu ketika ada seorang tetangganya yang bernama Teungku Muhammad Kurdi Syam sedang menaiki mobil dari Teunom ke Meulaboh.

Di tengah jalan ia bertemu dengan Abu Ibrahim Woyla dan mengajaknya untuk ikut naik mobil bersamanya. Ketika itu Abu Ibrahim Woyla menolaknya dan Teungku Muhammad Kurdi Syam langsung melanjutkan perjalanannya ke Meulaboh.

Ketika tiba di Meulaboh, ternyata Abu Ibrahim Woyla telah tiba lebih dulu padahal ketika di perjalanan tidak ada mobil lain yang memotong laju mobil Teungku Muhammad Kurdi Syam.

Bahan Makanan Bertambah Secara Tiba-Tiba

Dikisahkan oleh salah satu menantunya yang bernama Teungku Nasruddin, Abu Ibrahim Woyla pernah berkunjung ke almamaternya yaitu Dayah Syekh Mahmud di Blang Pidie. Ketika itu ia minta disediakan sepiring nasi untuk sarapan, tapi diberitahukan oleh bahwa tidak tersedia lauk apapun lagi di dapur.

Abu Ibrahim Woyla kemudian menjawab bahwa ia bisa makan hanya dengan lauk telur, dan diminta kepada santri tadi untuk mengecek persediaan di dapur. Ajaibnya di tempat penyimpanan telur masih tersisa satu telur lagi, padahal seingat santri tersebut semua telur telah habis untuk dimakan santri lain.

Kisah lainnya adalah, Abu Ibrahim Woyla datang berkunjung ke rumah salah seorang saudaranya dan minta sedikit nasi dengan lauk sambal udang belimbing. Istri tuan rumah memberitahukan kepada suaminya bahwa pohon belimbing di rumah mereka tidak ada buahnya tapi sang suami tetap berkeras agar istrinya tersebut mengecek ulang pohon belimbing tersebut. 

Ketika diperiksa kembali, terlihat bahwa pohon belimbing tersebut memiliki tiga buah belimbing yang cukup untuk membuat sambal seperti yang diminta Abu Ibrahim Woyla.

Menjadi Tamu Gus Dur

Suatu ketika dikisahkan Gus Dur kedatangan seorang tamu dari Aceh, biasanya Gus Dur menerima tamu dengan kondisi seadanya mengingat ia kondisinya yang sedang sakit. Berbeda dengan biasanya, sebelum tamu tersebut diminta masuk ke dalam rumahnya, Gus Dur buru-buru berganti pakaian dengan pakaian rapi seperti akan menyambut hari raya Idul Fitri.

Ketika tamu tersebut masuk, Gus Dur dan tamunya tersebut hanya bersalaman dan tidur dalam posisi duduk selama lebih kurang 15 menit. Setelah sang tamu bangun, ia langsung berpamitan tanpa ada obrolan apapun. Ketika hal itu ditanyakan barulah diberitahukan bahwa yang datang itu adalah Abu Ibrahim Woyla, seorang ulama sufi dari Aceh.

Meramalkan Tsunami

Ketika tsunami atau smong melanda Aceh pada tahun 2004, diceritakan oleh beberapa orang bahwa Abu Ibrahim Woyla telah memberitahukan hal itu melalui isyarat.

Salah satu diantaranya dikatakan bahwa air akan naik setinggi pohon kelapa, hal ini dikatakan kepada salah satu muridnya yang bernama Mukhlis yang sekarang bermukim di Dayah Bustanul Huda atau Dayah Pulo Ie, Desa Dayah Baro, Calang.[3] Cerita lainnya, 15 hari sebelum tsunami murid-murid Abu Ibrahim Woyla telah diperintahkan untuk menjauhi pantai.

Abu Ibrahim Woyla wafat pada hari Sabtu tanggal 18 Juli 2009 pukul 16:00 WIB pada usia 90 tahun. Ia dimakamkan di Desa Pasi Aceh, Kecamatan Woyla Induk, Aceh Barat. Hingga saat ini, makam Abu Ibrahim Woyla masih ramai dikunjungi oleh masyarakat sebagai tanda penghormatan kepadanya.
Referensi
1. ^ a b Bahany,, As, Nab. Ensiklopedi ulama besar Aceh. [Banda Aceh, Indonesia]. ISBN 9786029063004. OCLC 967457836.
2. ^ Online, NU. "Tamu Wali yang Diistimewakan Gus Dur | NU Online". NU Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-16.
3. ^ "Abu Ibrahim Woyla dan Tsunami Aceh - Santri Online". Santri Online. 2016-04-09. Diakses tanggal 2018-10-16.
4. ^ Putri Nailul Muradi, Putri Nailul Muradi (16 Oktober 2018). Karamah Abu Ibrahim Woyla Dalam Persepsi Masyarakat Aceh (Thesis thesis). Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh.

Sumber
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Ibrahim_Woyla#:~:text=Abu%20Ibrahim%20Woyla%20adalah%20seorang,ia%20sangat%20dihormati%20oleh%20masyarakat.

Kamis, 29 Oktober 2020

KENALKAN KEPADA ANAK CUCU KITA MILAD RASULULLAH MUHAMMAD SAW

buktikan bahwa anda LEBIH CINTA Nabi Muhammad saw dgn membaca tentang: Biografi Nabi Muhammad saw.

*BIODATA RASULULLAH S.A.W*
🖌 *Nama* : _Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hashim_.
🖌 *Tarikh lahir :* _Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal_ bersamaan 20 April 571 Masehi,
(dikenali sebagai Tahun Gajah; karena peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang kota Ka'bah)
🖌 *Tempat lahir* : Di rumah Abu Thalib, Makkah Al-Mukarramah.
🖌 *Nama bapak* : Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hashim.
🖌 *Nama ibu* : Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf.
🖌 *Pengasuh pertama* : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapak Rasulullah SAW).
🖌 *Ibu susu pertama* : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab).
🖌 *Ibu susu kedua* : Halimah binti Abu Zuaib As-Sa'diah (lebih dikenali Halimah As-Sa'diah, suaminya bernama Abu Kabsyah).

*USIA 5 TAHUN*
💓 _Peristiwa pembelahan dada Rasulullah SAW yang dilakukan oleh dua malaikat_ untuk mengeluarkan bahagian syaitan yang wujud di dalam hatinya.

*USIA 6 TAHUN*
💓 _Ibunya Aminah binti Wahab ditimpa sakit dan meninggal dunia_ di Al-Abwa '
(sebuah kampung yang terletak di antara Makkah dan Madinah, baginda dipelihara oleh Ummu Aiman (hamba perempuan bapak Rasulullah SAW)
dan dibiayai oleh datuknya Abdul Muththalib.

*USIA 8 TAHUN*
💓 _Datuknya, Abdul Muththalib pula meninggal dunia_.
Baginda dipelihara pula oleh bapak saudaranya, Abu Thalib.

*USIA 9 TAHUN* (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun).
💓Bersama bapak saudaranya, Abu Thalib bermusafir ke Syam atas urusan perniagaan.

💓Di kota Busra, negeri Syam, seorang pendeta Nasrani bernama Bahira (Buhaira) telah bertemu ketua-ketua rombongan untuk menceritakan tentang
pengutusan seorang nabi di kalangan bangsa Arab yang akan lahir pada masa itu.

*USIA 20 TAHUN*
💓Terlibat dalam peperangan Fijar. Ibnu Hisyam di dalam kitab 'Sirah', jilid1, halaman 184-187 menyatakan pada ketika itu usia Muhammad SAW ialah 14 atau 15 tahun. Baginda menyertai peperangan itu beberapa hari dan
berperanan mengumpulkan anak-anak panah sahaja.
💓Menyaksikan ' perjanjian Al-Fudhul ' ; perjanjian damai untuk memberi pertolongan kepada orang yang didzalimi di Makkah.

*USIA 25 TAHUN*
💓Bermusafir kali kedua ke Syam atas urusan perniagaan barangan Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah.
💓Perjalanan ke Syam ditemani oleh Maisarah; lelaki suruhan Khadijah.
💓Baginda SAW bersama-sama Abu Thalib dan beberapa orang bapak saudaranya yang lain pergi berjumpa Amru bin Asad (bapak saudara Khadijah) untuk meminang Khadijah yang berusia 40 tahun ketika itu.
💓Mas kawin baginda kepada Khadijah adalah sebanyak 500 dirham.

*USIA 35 TAHUN*
💓Banjir besar melanda Makkah dan meruntuhkan dinding Ka'bah.
💓Pembinaan semula Ka'bah dilakukan oleh pembesar-pembesar dan penduduk Makkah.

💓Rasulullah SAW diberi kemuliaan untuk meletakkan 'Hajarul-Aswad' ke tempat asal dan sekaligus meredakan pertelingkahan berhubung perletakan batu tersebut.

*USIA 40 TAHUN*
💓Menerima wahyu di gua Hira' sebagai pelantikan menjadi Nabi dan Rasul akhir zaman.

*USIA 53 TAHUN*
💓Berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah dengan ditemani oleh Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq.
💓Sampai ke Madinah pada tanggal 12 Rabiulawal / 24 September 622M.

*USIA 63 TAHUN*
💓Kewafatan Rasulullah SAW di Madinah Al-Munawwarah pada hari Isnin, 12 Rabiulawal tahun 11Hijrah / 8 Juni 632 Masehi.

*ISTERI-ISTERI RASULULLAH SAW*
💚 Khadijah Binti Khuwailid.
💚 Saudah Binti Zam'ah.
💚 Aisyah Binti Abu Bakar (anak Sayyidina Abu Bakar).
💚 Hafsah binti 'Umar (anak Sayyidina 'Umar bin Al-Khattab).
💚 Ummi Habibah Binti Abu Sufyan.
💚 Hindun Binti Umaiyah (digelar Ummi Salamah).
💚 Zainab Binti Jahsy.
💚 Maimunah Binti Harith.
💚 Safiyah Binti Huyai bin Akhtab.
💚 Zainab Binti Khuzaimah (digelar 'Ummu Al-Masakin', Ibu Orang Miskin).

*ANAK-ANAK RASULULLAH SAW*

1.💜 Qasim
2.💜 Abdullah
3.💜 Ibrahim
4.💜 Zainab
5.💜 Ruqaiyah
6.💜 Ummi Kalthum
7.💜 Fatimah Al-Zahra'

*ANAK TIRI RASULULLAH SAW*

💙 Halah bin Hind bin Habbasy bin Zurarah at-Tamimi (anak  Sayyidatina Khadijah bersama Hind bin Habbasy. Ketika berkahwin dengan Rasulullah, Khadijah adalah seorang janda).

*SAUDARA SESUSU RASULULLAH SAW*
*_IBU SUSUAN/SAUDARA SUSUAN_*
1. Thuwaibah → Hamzah
2. Abu Salamah → Abdullah bin Abdul Asad

*_SAUDARA SUSUAN_*
1. Halimah Al-Saidiyyah → Abu Sufyan bin Harith bin Abdul Muthallib
2. Abdullah bin Harith bin Abdul ' Uzza
3. Syaima ' binti Harith bin Abdul ' Uzza
4. 'Aisyah binti Harith bin abdul ' Uzza

*BAPAK DAN IBU SAUDARA RASULULLAH SAW*
( _ANAK-ANAK KEPADA ABDUL MUTHTHALIB_)
1. Al-Harith
2. Muqawwam
3. Zubair
4. Hamzah *
5. Al-Abbas *
6. Abu Talib
7. Abu Lahab (nama asalnya Abdul Uzza)
8. Abdul Ka'bah
9. Hijl
10. Dhirar
11. Umaimah
12. Al-Bidha (Ummu Hakim)
13. Atiqah ##
14. Arwa ##
15. Umaimah
16. Barrah
17. Safiyah (ibu kepada Zubair Al-Awwam) *
Ktrgn: * masuk Islam.
## Ulama berselisih pendapat tentang Islamnya.

*Sabda Rasulullah SAW:*
_"Sesiapa yang menghidupkan sunnahku, maka sesungguhnya dia telah mencintai aku_
_Dan sesiapa yang mencintai aku niscaya dia bersama-samaku di dalam syurga"_
(Riwayat Al-Sajary daripada Anas )

اللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحابه وسلم

Nabi Muhammad SAW - Manusia agung
*KENALI NABI MUHAMMAD S.A.W. SECARA LAHIRIAH*
💓Begitu indahnya sifat fisikal / jasmani Baginda, sehinggakan seorang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya bertemu muka dengan Baginda lantas melafazkan keislaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.

_Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah:_
💞 Aku belum pernah melihat lelaki yang segagah Rasulullah saw..
💞 Aku melihat cahaya dari lidahnya.
💞 Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.
💞 Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.
💞 Rasulullah umpama matahari yang bersinar.
💞 Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.
💞 Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.
💞 Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.
💞 Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.
💞 Wajahnya seperti bulan purnama.
💞 Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah di tengahnya.
💞 Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.
💞 Mata baginda hitam dengan bulu mata yang panjang.
💞 Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.
💞 Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.
💞 Mulut baginda sederhana luas dan cantik.
💞 Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.
💞 Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.
💞Janggutnya penuh dan tebal menawan.
💞 Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca.
💞 Warna lehernya putih seperti perak, sangat indah.
💞 Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.
💞 Rambutnya sedikit ikal.
💞 Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg mencecah bahu tapi disisir rapi.
💞 Rambutnya terbelah di tengah.
💞 Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur
dari dada ke pusat.
💞 Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa.
💞 Seimbang antara kedua bahunya.
💞 Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar
dan tersusun dgn cantik.
💞 Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.
💞 Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik.
💞 Kakinya berisi, tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.
💞 Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.
💞 Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.
💞 Warna putihnya lebih banyak.
💞 Warna kulit baginda putih kemerah-merahan.
💞 Warna kulitnya putih tapi sehat.
💞 Kulitnya putih lagi bercahaya.
💞 Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kokoh.
💞 Badannya tidak gemuk.
💞 Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi gagah.
💞 Perutnya tidak buncit.
💞 Badannya cenderung kepada tinggi, semasa berada di kalangan org ramai
baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.
*KESIMPULANNYA* :
Nabi Muhammad sa.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.

Baginda adalah semulia-mulia insan di dunia.
_Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan Rasul-Nya mencintai_

*Wallahu'alam*
Boleh/ Silahkan di share, Semoga bermanfaat...
A@miin...

Selasa, 27 Oktober 2020

Lagi, Dua Siswa Aceh Boyong Medali Perak Pada Kompetisi Internasional Macau

Banda Aceh - Prestasi gemilang kembali dipersembahkan oleh siswi-siswi dari SMAN 1 Takengon, Kabupaten Aceh Tengah pada kompetisi Macau Innovation and Invention Expo (MIIEX) 2020 pada bidang Algoritma Scientist. Tidak mudah, pada kompetisi itu para duta serambi mekkah  berhasil mengungguli perwakilan pelajar dan mahasiswa dari 160 negara di dunia. 

Kedua siswi Aceh yang berasal dari dataran tinggi gayo tersebut yaitu Oka Hasana Agustiani dan Rafachinka Renjani R. Adapun judul penelitiannya adalah "GUKOP (Liquid Sugar from Coffee's Cherry Mucilage) As an Alternative to Prevent Diabetes atau "GUKOP (Gula Kopi) berbahan dasar daging buah kopi sebagai  pencegah diabetes. 

Dalam melakukan penelitiannya mereka dibimbing oleh Kepala SMAN 1 Takengon, Konadi Lingga, M. Pd dan Guru Pembimbing, Hellyda Fitri, S.Pd.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs H Rachmat Fitri HD, MPA didampingi Kepala UPTD Balai Tekkomdik, T. Fariyal, MM, Selasa (27/10/2020) mengungkapkan rasa haru dan bangganya atas torehan prestasi siswi-siswi Aceh di tingkat Internasional. Dia berharap prestasi ini bisa menjadi contoh dan motivasi  bagi siswa yang lain. 

"Alhamdulillahirabbil 'alamin. Inilah hasil dari ikhtiar kita bersama untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing sesuai visi dan misi Pemerintah Aceh yaitu Aceh Carong," ungkap Kadisdik penuh haru. 

Prestasi yang lahir ini, lanjutnya merupakan buah dari ikhtiar para guru dan kepala sekolah yang konsisten melatih dan membina siswi agar berkompeten sesuai bakat dan keahliannya. Peran kepala sekolah dan guru sangatlah penting dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. 

"Dimasa pandemi Covid 19 kita mampu mencatatkan beragam prestasi dibidang pendidikan baik di tingkatan nasional maupun internasional. Hal ini membuktikan bahwa ikhtiar kita di ridhai oleh Allah SWT," ujar Haji Nanda sapaan akrab beliau. 

Kadisdik Aceh mengharapkan dengan adanya pelajar Aceh yang meraih prestasi di tingkat internasional, maka akan menjadi motivasi bagi pelajar lainnya untuk mengukir prestasi. 

"Semoga ini menjadi pembangkit semangat bagi pelajar Aceh lainnya. Kita telah menjuarai berbagai kompetisi, ini harus menjadi pemicu bagi sekolah-sekolah lain di Aceh," tuturnya. 

Rachmat Fitri mengajak para kepala sekolah dan guru untuk terus membina dan melatih siswa agar dapat mengembangkan bakat dan minatnya. Dengan begitu, katanya, maka target kelulusan siswa pada 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit di Indonesia dapat terwujud di 2021.

"Kita harus bekerja keras secara bersama-sama untuk meluluskan para siswa di Aceh ke PTN terbaik. Mudah-mudahan Allah meridhai semua hajat dan cita-cita kita semua," imbuhnya. 

Sementara Kepala Bidang Pembinaan SMA dan PKLK, Zulkifli, M. Pd menjelaskan judul yang diambil siswi tersebut berdasarkan fakta dan data terkini setelah dilakukan pengamatan secara mendetail. 

"Seperti yang diketahui bahwa penyakit diabetes terjadi salah satunya karena mengkonsumsi makanan yg mengandung gula yaitu sukrosa dan glukosa secara berlebihan. Diabetes dapat ditandai dengan kadar gula (glukosa) didalam darah tinggi," jelasnya. 

Penelitian ini, lanjut Zulkifli, dilakukan karena berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah bahwa penderita diabetes di daerah itu semakin meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu, perlu dilakukan pengkajian pengganti gula yang rendah glukosa. 

"Metode yg digunakan adalah laboratory research dan hasil yg didapatkan adalah gula kopi dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti gula pasir dan dapat mengurangi resiko terkena penyakit diabetes karena kandungan glukosa dan sukrosa yg rendah," jelasnya. 

Kabid Pembinaan SMA dan PKLK mengupas bahwa Kompetisi MIIEX merupakan  Sains Internasional yang diprakarsai Macao Innovation and Invention Association (MIIA) yang terselenggara atas kerjasama organisasi-organisasi invention dunia. 

"Kompetisi ini diikuti oleh 160 negara di dunia dari semua tingkatan mulai dari pelajar, mahasiswa hingga akademisi. Sebuah kebanggaan bagi Indonesia, khususnya Aceh berhasil menjuarai kompetisi ini," imbuhnya.

Pihaknya juga berterimakasih kepada Kacabdin, kepala sekolah juga para guru dan teristimewa buat siswi-siswi yang sudah berusaha dengan kesungguhan sehingga bisa meraih yg terbaik untuk Negara Indonesia.

"Kita juga mengharapkan kepada siswi tersebut untuk dapat terus mengembangkan potensi yang sudah ada sehingga nanti bisa menjadi penelitian yang hebat untuk tingkat Internasional dan Insyallah kita bisa meraih hal tersebut," tutup Zulkifli, M. Pd. 

Berikut rangkuman peraih medali dari Indonesia :

1. SMAN 1 Takengon Aceh : medali perak

2. SMPN 19 Semarang : Medali Perak

3. MAN 1 Samarinda : Medali perak

4. SMAN 1 Teras : Medali Perunggu


Berikut profil peraih medali perak dari SMAN 1 Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, yaitu :
Nama   : Oka Hasana Agustiani
Ttl         : Takengon, 11 Agustus 2003
Alamat : Tensaren
Nama Ayah : Alm. Syamsuddin
Nama Ibu    : Junaini S.Sos
Cita-cita       : Dokter


Nama : Rafachinka Renjani R
Ttl : Takengon,22 November 2003
Alamat : Jln Lebekader No.228,Takengon
Nama Orang Tua:
Ayah: Ramadhian Fitra S.E
Ibu : Simahati S.K.M,M.A.P
Cita - cita : Dokter

Minggu, 25 Oktober 2020

Disdik dan Poltekpel Malahayati buat MoU untuk SMK se Aceh

SABANG  – Pandemik covid-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 lalu dan mulai mewabah di Tanah Rencong awal kuartal pertama 2020, tidak kecuali Sabang, telah menyebabkan pelaksanaan proses belajar mengajar terganggu. “Keadaan ini memaksa dunia pendidikan harus mencari terobosan baru untuk memenuhi standar nasional pendidikan,” kata Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kota Sabang, Drs Abdul Hamid kepada Aceh Herald.com, Kamis (22/10/2020).

Dikatakan, selama Covid 19, pihaknya bersama pengawas sekolah terus melakukan monitoring perkembangan demi perkembangan yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan di bekas pulau bebas Sabang, termasuk proses belajar mengajar. “Saya sudah meminta Pengawas Sekolah untuk terus memantau perkembangan pembelajaran dan harus hadir ke sekolah yang menjadi binaannya,” kata Hamid.
Dari hasil monitoring Pengawas, tambahnya, pihaknya melakukan evaluasi, dan hasilnya ternyata dalam kondisi pembelajaran kita masih perlu membuat pelatihan untuk guru. Menurut Abdul Hamid, pelatihan terutama untuk meningkatkan kuafikasi tenaga pemgajar di sekolah-sekolah yang ada di Sabang. “Guru kita masih meningkatkan kuafikasi, terutama menyangkut cara-cara menyusun soal HOTS (Higher Order Trinking Skills (Skills).

Pelatihan yang berlangsung selama dua hari mulai 20 Oktober 2020 melibatkan sejumlah guru di Sabang. “Guru-guru di Sabang dilatih cara membuat soal berkuafikasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) yaitu model evaluasi pendidikan yang menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi peserta didik. “Dengan soal-soal HOTS akan mengasah logika, pola pikir kritis, dan kreativitas siswa,” katanya.

Kacab Dinas Pendidikan Aceh di Sabang, Abdul Hamid dalam kesempatan itu mengatakan para guru juga dibekali dengan pemanfaatan Microsoft Office 365 untuk mendukung proses belajar di sekolah-sekolah di masa mendatang dengan menghadirkan fasilitator Darmawan.

Dikatakan, pelatihan pemanfaatan Office 365 tidak cukup hanya dalam waktu 2 jam saja. Oleh karena itu beruntung sekali Sabang memiliki Kepala Cabdisdik, kanda Abdul Hamid yang berinisiatif mengajak IGI melatih guru Sabang. Beliau meminta saya untuk menambah waktu lain agar guru Sabang dapat mahir dalam pemanfaatan Microsoft 365. Beliau bahkan bersedia melakukan pelatihan tatap muka. Insya Allah saya selalu siap kalau untuk Sabang sambung Darmawan kepada media ini.

Sudah muat di Acehherald.com

Jumat, 23 Oktober 2020

Disdik Pidie Jaya Laksanakan ToT Bagi Guru PBI

Meureudu 23/10/2020. Menindaklanjuti Peraturan Bupati  Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendidikan Berkarakter Islami. Disdik Pidie jaya melaksanakan pelatihan Training of Trainers bagi Guru Pendidikan Berkarakter Islami (PBI). Guru merupakan ujung tombak sebagai pelaku utama dalam mengembangkan  karakter peserta didik di sekolah, dan sosok yang ditiru, diidolakan, diteladani serta menjadi sumber inspirasi dan informasiserta juga pemberi motivasi bagi peserta didik.  Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, bermoral dan berakhlak mulia.

Kadisdik Pidie Jaya Saiful, M.Pd dalam arahannya  mengharapkan adanya keiklasan dan komitmen peserta ToT untuk mengikuti dengan fokus dan bisa menjadi contoh bagi guru guru lain dan Siswa dengan mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, dengan menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik. Jika ini sudah berjalan dg optimal akan dilakukan evaluasi secara intens dan menyuluruh.

Sementara Makmurrizal, M.Pd selaku Kabid Dikdas mengatakan ToT ini dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 22 s.d 24 Oktober 2020, diikuti 20 orang peserta di Aula SMPN I Mereudu. Peserta ToT ini nantinya akan menjadi fasilitator pada pelatihan lanjutan bagi guru guru PBI lainnya. Materi yang disampaikan lebih kepada penyusunan dan pemahaman kurikulum pembelajaran PBI di satuan pendidikan. 
“dalam menumbuh kembangnya karakter peserta didik di satuan pendidikan merupakan salah satu peran penting guru PBI. Untuk itu guru perlu untuk menyiapkan strategi  pembelajaran yang efektif dan kreatif dalam melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter islami peserta didik”. Ujarnya.
https://acehsiana.com/2020/10/23/disdik-pidie-jaya-tot-kan-guru-pbi/

Rabu, 21 Oktober 2020

Tjoet Nyak, "The Queen of Aceh Battle", wanita

Sumedang, 6 November 1908

HARI itu.. tepat 11 Desember 1906, Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja kedatangan tiga orang tamu. Ketiganya merupakan tawanan titipan pemerintah Hindia Belanda. Seorang perempuan tua renta, rabun serta menderita encok, seorang lagi lelaki tegap berumur kurang lebih 50 tahun dan remaja tanggung berusia 15 tahun. Walau tampak lelah mereka bertiga tampak tabah. Pakaian lusuh yang dikenakan perempuan itu merupakan satu-satunya pakaian yang ia punya selain sebuah tasbih dan sebuah periuk nasi dari tanah liat.

Belakangan karena melihat perempuan tua itu sangat taat beragama, Pangeran Aria tidak menempatkannya di penjara, melainkan memilih tempat disalah satu
rumah tokoh agama setempat. Kepada Pangeran Suriaatmaja, Belanda tak mengungkap siapa perempuan tua renta penderita encok itu. Bahkan sampai kematiannya, 6 November 1908 masyarakat Sumedang tak pernah tahu siapa sebenarnya perempuan itu.

Perjalanan sangat panjang telah ditempuh perempuan itu sebelum akhirnya beristirahat dengan damai dan dimakamkan di Gunung Puyuh tak jauh dari pusat kota Sumedang. Yang mereka tahu, karena kesehatan yang sangat buruk, perempuan tua itu nyaris tak pernah keluar rumah. Kegiatannyapun terbatas hanya berdzikir atau mengajar mengaji ibu-ibu dan anak-anak setempat yang datang berkunjung. Sesekali mereka membawakan pakaian atau sekadar makanan pada perempuan tua yang santun itu, yang belakangan karena pengetahuan ilmu-ilmu agamanya disebut dengan Ibu Perbu.

Waktu itu tak ada yang menyangka bila
perempuan yang mereka panggil Ibu Perbu itu adalah "The Queen of Aceh Battle" dari Perang Aceh (1873-1904) bernama Tjoet Nyak Dhien. Singa betina dengan rencong ditangan yang terjun langsung ke medan perang. Pahlawan sejati tanpa kompromi yg tidak bisa menerima daerahnya dijajah. 

Hari-hari terakhir Tjoet Nyak Dhien memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi. Jauh dari tanah kelahiran dan orang-orang yang dicintai. Gadis kecil cantik dan cerdas dipanggil Cut Nyak dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat di Lampadang tahun 1848. Ayahnya adalah Uleebalang bernama Teuku Nanta Setia, keturunan perantau Minang pendatang dari Sumatera Barat ke Aceh sekitar abad 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.

Tumbuh dalam lingkungan yang memegang tradisi beragama yang ketat membuat gadis kecil Cut Nyak Dhien menjadi gadis yang cerdas. Di usianya yang ke 12 dia kemudian dinikahkan orangtuanya dengan Teuku Ibrahim Lamnga yang merupakan anak dari Uleebalang Lamnga XIII.

Suasana perang yang meggelayuti atmosfir Aceh pecah ketika tanggal 1 April 1873  F.N. Nieuwenhuyzen memaklumatkan perang terhadap kesultanan Aceh. Sejak saat itu gelombang demi gelombang penyerbuan Belanda ke Aceh selalu berhasil dipukul kembali oleh laskar Aceh, dan Tjoet Nyak tentu ada disana. Diantara tebasan rencong, pekik perang wanita perkasa itu dan dentuman meriam, dia juga yang berteriak membakar semangat rakyat Aceh ketika Masjid Raya jatuh dan dibakar tentara Belanda...

“..Rakyatku, sekalian mukmin orang-orang Aceh ! Lihatlah !! Saksikan dengan matamu Masjid kita dibakar !! Tempat Ibadah kita dibinasakan !! Mereka menentang Allah !! Camkanlah itu! Jangan pernah lupakan dan jangan pernah memaafkan para kaphe (kafir) Belanda !!". Perlawanan Aceh tidak hanya dalam kata-kata (Szekely Lulofs, 1951:59).

Perang Aceh adalah cerita keberanian, pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah lahir. Begitu juga Tjoet Nyak Dhien. Bersama ayah dan suaminya, setiap hari.. setiap waktu dihabiskan untuk berperang dan berperang melawan kaphe-kaphe Belanda. Tetapi perang juga lah yang mengambil satu-persatu orang yang dicintainya, ayahnya lalu suaminya menyusul gugur dalam pertempuran di Glee Tarom 29 Juni 1870. 

Dua tahun kemudian, Tjoet Nyak Dhien menerima pinangan Teuku Umar dengan pertimbangan strategi perang. Belakangan Teuku Umar juga gugur dalam serbuan mendadak yang dilakukan Belanda di Meulaboh, 11 Februari 1899.

Tetapi bagi Tjoet Nyak, perang melawan Belanda bukan hanya milik Teuku Umar, atau Teungku Ibrahim Lamnga suaminya, bukan juga monopoli Teuku Nanta Setia ayahnya, atau para lelaki Aceh. Perang Aceh adalah milik semesta rakyat.. Setidaknya itulah yang ditunjukan Tjoet Nyak, dia tetap mengorganisir serangan-serangan terhadap Belanda.

Bertahun-tahun kemudian, segala energi dan pemikiran putri bangsawan itu hanya dicurahkan kepada perang mengusir penjajah.. Berpindah dari satu tempat persembunyian ke persembunyian yang lain, dari hutan yang satu ke hutan yang lain, kurang makan dan kurangnya perawatan membuat kondisi kesehatannya merosot. Kondisi pasukanpun tak jauh berbeda. 

Pasukan itu bertambah lemah hingga ketika pada 16 November 1905 Kaphe Belanda menyerbu ke tempat persembunyiannya.. Tjoet Nyak Dhien dan pasukan kecilnya kalah telak. Dengan usia yang telah menua, rabun dan sakit-sakitan, Tjoet Nyak memang tak bisa berbuat banyak. Rencong pun nyaris tak berguna untuk membela diri. Ya, Tjoet Nyak tertangkap dan dibawa ke Koetaradja (Banda Aceh) dan dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Perjuangan Tjoet Nyak Dhien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing hingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu.

Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor, Jauh sebelum dunia barat berbicara tentang persamaan hak yang bernama emansipasi perempuan.

Tjoet Nyak, "The Queen of Aceh Battle", wanita perkasa, pahlawan yang sebenarnya dari suatu realita jamannya.. berakhir sepi di negeri seberang.. Innalillahi wainnailaihi rojiun..

Minggu, 16 Agustus 2020

Peran Penting ABUYA MUDA WALY & ABU HASAN KR KALEE Awal Kemerdekaan Indonesia

*Peran Penting ABUYA MUDA WALY & ABU HASAN KR KALEE Awal Kemerdekaan Indonesia*

*#Tanpa 2 ulama Aceh, Soekarno tidak diakui sebagai Presiden oleh ulama Nusantara.*

*#TOLAK LUPA* 

Abuya Muhammad Waly Al Khalidy,
Pada tanggal 14 Oktober 1957 diundang oleh presiden pertama RI Soekarno ke Istana Cipanas, Abuya Syeikh Muda Waly Al-Khalidy di undang bersama dengan Abu Muhammad Hasan Krueng Kalee, serta beberapa ulama lain dari seluruh Indonesia sekitar 500 orang untuk membicarakan status Negara RI dan presidennya dalam tinjauan agama Islam, apakah sah atau tidak.

Berangkatlah ulama-ulama Aceh ini melalui bandara Polonia Medan. Dalam perjalanan itu Tgk Syihabuddin Syah atau Tgk Keumala juga ikut mengantarkan Abuya sampai ke bandara.

Setiba Abuya di Jakarta, beliau bertemu tokoh-tokoh ulama dari daerah lain di antaranya Sumatera, Jawa, dan daerah-daerah lain seluruh Indonesia. Setelah para ulama-ulama ini berkumpul di istana Negara, Presiden mengucapkan selamat datang dan menyampaikan maksud dan tujuan undangannya.

Presiden berkata: "Saya meminta kepada para ulama yang hadir untuk merumuskan nama keberadaan dan kedudukan saya sebagai Presiden RI."

Setiap Ulama dari berbagai perwakilan menyampaikan sikap dan pandangan mereka. Ulama Masyumi dan Muhammadiyah secara tegas menolak keabsahan Soekarno sebagai presiden yang sah dalam tinjauan Islam karena tidak diangkat oleh Ahlul Halli Wal 'Aqdi (Suatu lembaga yang bertugas memilih, mengangkat, dan mengawasi khalifah/ pemimpin dalam politik Islam).

Hingga sampai pada giliran seorang ulama kharismatik dari jawa yang bergelar Sulthanul Ulama, beliau juga mengatakan tidak sah dengan berbagai alasan dan hujjah.

Ketika semua orang hampir pada kesimpulan itu, pimpinan sidang menanyakan kepada ulama dari Aceh tentang pandangan mereka. Abu Krueng Kalee mempersilahkan Abuya Syeikh Muda Waly angkat bicara. Abuya menyatakan Soekarno sah menjadi presiden "Dharurat", alasannya karena ia mempunyai "Syaukah" (kekuasaan yang kuat).

Kekuasaannya itu adalah sebagai panglima tertinggi membawahi polisi dan Tentara Nasional Indonesia. Intinya, Abuya dan Abu Krueng Kalee menilai pemerintah RI dan presiden Soekarno sah untuk disebut sebagai pemerintah (Ulil Amri) menurut Islam, walaupun secara Dharuri Bi Asy-Syaukah.

Ulil Amri Bisy-Syaukah adalah pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk sementara waktu (Pemerintah Masa Transisi) hingga terbentuknya Pemerintahan yang sah dan benar. Pemerintahan ini oleh sebagian ulama dianggap sah selama tidak kafir pemimpinnya, dan tidak mengingkari keberadaan hukum-hukum syari'at, baik secara I'tiqad (Kepercayaan), 'Inad (Pembangkangan), atau istihzak (menghina hukum Islam) walaupun mereka tidak menerapkan sebagiannya, mereka harus menyadari bahwa hal tersebut adalah dosa, dan tidak menghalalkan perbuatan mereka yang tidak menerapkan hukum Allah Swt.

Setelah Abuya dan Abu Krueng Kalee menilai pemerintah RI dan presiden Soekarno sah untuk disebut sebagai Ulil Amri walaupun secara Dharuri Bisy-Syaukah, hal itu disanggah kembali oleh Sulthanul Ulama. Lalu Abuya membaca dalil dari matan Tuhfah yang mengakui keabsahan 'Ulil Amri Dharuri Bisy-Syaukah".

Alasan ini disanggah kembali oleh Sulthanul Ulama. Akhirnya Abuya dari duduk langsung bangun, dan berkata dengan meminjam kalimat yang pernah diucapkan oleh Khalifah Umar Bin Khattab:

"Tafaqqahu qabla an tasuudu...!" "Tafaqqahu qabla an tasuudu...!" "Tafaqqahu qabla an tasuudu...!" (pelajarilah fiqh sebelum kamu diangkat menjadi pemimpin). Kata-kata itu diulang hingga tiga kali. Lalu Abuya meminta persetujuan Abu Krueng Kalee atas ucapannya itu: "Kon Nyo Menan Abu?" (bukankah demikian Abu?)

Abu Krueng Kalee menjawab: Nyoe betoi ( iya, benar ).

Pertemuan itu akhirnya menyimpulkan kesepakatan Ulama sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Ulama Aceh. Pertama, kemerdekaan RI adalah sah. Kedua, Presiden RI Soekarno adalah presiden sah dalam posisi Ulil Amri Dharuri Bisy-Syaukah.

Dalil-dalil Abuya Syeikh Muda Waly tentang Pemerintahan RI dan tinjauan Agama hukum berontak kepada pemerintah yang sah:

1. Bughyatul Mustarsyidin sha. 271 bab al-qadhaa

2. Bughyatul Mustarsyidin sha. 249 bab arriddah

3. Tuhfatul Muhtaj juz 9 sha. 87 kitab arriddah

4. Tuhfatul Muhtaj juz 9 sha. 78 kitab al-Bughah

5. Tuhfatul Muhtaj juz 9 sha. 88 kitab arriddah

6. Shawi 'Alal Jalalain Juz 1 sha. 378 tafsir surah al-Ma-idah ayat 54

7. Jam'ul Jawami' juz 2 sha. 439

8. Tuhfatul Muhtaj juz 9 sha. 66

9. Mishbahul munir sha. 124

10. Tuhfatul Muhtaj Juz 9 sha. 71

Sumber:

Mutiara Fahmi Razali Dkk, Tengku Haji Muhammad Hasan Krueng Kalee (Banda Aceh: Yayasan Darul Ihsan Tgk H Hasan Krueng Kalee, 2010), hal.126,127.

#Mustafa Woyla, Humas Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee

Senin, 13 Juli 2020

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Undang Qori Aceh Lantun Al Qur'an

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat (10/7/2020) mengeluarkan keputusan mengembalikan Hagia Sophia sebagai masjid yang akan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jumat perdana pada 24 Juli mendatang.

Keputusan Erdogan disampaikan setelah sebelumnya pengadilan tinggi Turki mencabut status museum yang disematkan kepada Hagia Sophia.

"Dengan putusan pengadilan ini, dan dengan langkah-langkah yang kami ambil sejalan dengan keputusan itu, Hagia Sophia menjadi masjid lagi, setelah 86 tahun, seperti yang diinginkan Sultan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel," kata Erdogan dalam pidato nasional, Jumat (10/7/2020).

Dua tahun lalu Presiden Erdogan mengundang putra Aceh Ustadz Takdir Feriza Hasan untuk membacakan ayat suci Al-Quran di Hagia Sophia.

Sebuah persiapan untuk kembalinya Hagia Shopia menjadi rumah ibadah tempat bersujud dan mengagungkan Sang Penguasa Alam Semesta.

Dua tahun kemudian, hari ini, Hagia Shopia kembali ke pangkuan Umat Islam menjadi masjid.

Ustadz Takdir Feriza Hasan membacakan surat Fathir ayat 29-35.

29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi..

30. Agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.

31. Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) yaitu Kitab (Al-Qur'an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.

32. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.

[@portalmuslim ]

Jumat, 10 Juli 2020

Sepenggal kisah dari Negeri Serambi Mekah "I Love Aceh

Sepenggal kisah dari Negeri Serambi Mekah
Penulis: Ida Ayu Komang copas Fb teman
I Love Aceh

Buat buzzeRP yang anti syari'at dan suka menjelekkan Aceh. Sini, aku bisikin. 

Aku pindah ke provinsi ini tahun 2011 akhir. November kalau nggak salah. Pindah karena suami asli orang sini. 

Aku kaget waktu pertama sampai. Jalanan mulus. Nggak seperti provinsi tempat asalku. Jalan provinsi pun penuh lobang hingga ada yang ditanami pisang oleh masyarakat. 

Kata suami waktu itu, "Di sini pantang jalan berlobang, Dek. Langsung diperbaiki." 

Lebih terkejut lagi, jalan setapak ke sawah dan ladang pun beraspal, minimal disemen. 

Keesokan hari, saat melapor ke kantor Bupati, aku terkejut. Semua pegawai dan Bupatinya ramah. Berbeda jauh dari tempat asalku. 

Malas rasanya berurusan ke kantor kalau di tempat asalku. Urus apa-apa pakai duit. Pegawainya songong tingkat awan. Pejabatnya, songong tingkat langit. Wajah nggak ramah. Setingkat lurah pun berlagak menteri. 

Di sini, justru aku yang ditanya, "Ada perlu apa, Kak?" Mereka pun yang antar kita ke dalam kantor menjumpai kepala dinas bahkan bupati.

Saat malam aku keluar bareng suami. Aku kaget lagi. Banyak penjual, terutama penjual sayur dan buah tidak menyimpan jualannya. 

Aku paling suka saat hari Jum'at. Terharu melihat toko-toko ditutup (ini nggak ditutup pintu, loh. Hanya diberi tanda dua kursi dan sapu, pertanda toko tak melayani pembeli karena sholat Jum'at. Nggak akan ada pencuri di sini.) Jalanan sepi karena para lelaki ke masjid untuk sholat Jum'at. Pemandangan yang menyejukkan buatku.

Saat awal datang aku sempat tanya ke suami perihal toko yang ditinggal begitu saja. "Nggak takut dicuri, Bang?"

"Di sini nggak ada pencuri, Dek." Itu jawaban suami saat itu. 

Sayang, sekarang mulai datang maling dari luar untuk mencuri ternak. 

Yang luar biasa, pelayanan RS. Gratis untuk seluruh masyarakat ber-KTP Aceh, bernama JKA, Jaminan Kesehatan Aceh. Cuci darah  pasang ring, operasi besar, dan treatment lainnya gratis. Saat ini, untuk test Covid pun gratis. 

Satu lagi, kalau kalian ke Aceh, nggak akan ketemu bus jelek. Orang Aceh itu kaya-kaya. Nggak mau naik bus jelek. 

Orang Aceh itu ramah-ramah dan baik. Aman tinggal di sini. Nggak takut kesasar juga. Orang akan dengan senang hati membantu. 

Pernah, aku pulang kampung naik bus. Muntah-muntah saat lewat Bireun. Saat itu pukul 3 dini hari. Aku turun dan naik becak. Lumayan jauh ke hotel. Butuh waktu satu jam. 

Sempat kepikiran macam-macam. Abang becak sepertinya membaca ketakutanku. "Nggak perlu takut, Kak. Kuantar Kakak selamat sampe hotel." 

Aku pernah ketinggalan dompet di toko buah. Lupa di mana. Setelah ditelusuri ternyata tertinggal di toko buah. Saat itu aku sudah di Jakarta. Suami yang jemput setelah 2 hari. Masih utuh tanpa hilang sepeser pun. 

Di tempatku ini susah mencari orang miskin, apalagi fakir. Sesusahnya orang di sini pakai emas dan masih punya rumah. 

Seringkali, ketika aku ingin bersedekah harus titip Ummi di kampung halamanku. 

Gaji buruh di sini lumayan tinggi. Itu sebabnya, banyak pendatang yang nggak mau lagi pulang. 

Oh, iya. PNS di Aceh setiap gajian dipotong 2,5% untuk zakat. Masuk ke Baitul Maal. Buat mahasiswa yang nggak punya uang bisa meminta bantuan uang ke situ. 

Tahukah teman semua kalau jema'ah haji Aceh saat kembali ke tanah air dapat uang saku dari pemerintah Arab Saudi sebesar 1.200 Riyal atau kita-kira 5 juta? 

Dana ini diambil dari tanah wakaf warga Aceh, Habib Bugak al Asyi di Arab Saudi. Dikelola pemerintah Arab Saudi untuk kemudian dikembalikan pada warga Aceh yang menunaikan ibadah haji. 

Wakaf itu pernah diminta pemerintah Indonesia untuk dikelola, tetapi ditolak Arab Saudi. Mereka takut disalahgunakan. 

Hasil wakaf yang diterima oleh jamaah Aceh diperkirakan bernilai 200 juta riyal atau sekitar Rp5,2 triliun. Aset yang diperoleh dari wakaf tersebut berupa Menara Ajyad setinggi 28 lantai dan Hotel Ajyat 25 tingkat yang berada di 600 serta 500 meter dari Masjidil Haram.

Saat Idul Adha, daging kurban menumpuk karena banyak warga yang berkurban. Seringkali, hewan kurban tak dipotong di satu hari. Bingung mau bagi daging ke mana. Ujung-ujungnya, kulkas penuh daging. 

Belanja di sini, jangan harap kurang timbangan. Yang ada, timbangan dilebihkan. Karena syari'at Islam mengharamkan mengurangi timbangan. 

Jadi, ketika syari'at Islam ditegakkan, masyarakat hidup aman dan damai. Minim pencurian dan tindakan jahat serta maksiat lain. 

Sebaik apa pun sebuah tempat, pasti ada juga kekurangannya. Tak ada yang sempurna di muka bumi ini. Sebaik apa pun aturan syari'at ditegakkan, ada juga yang melanggar. 

Tetapi, dibandingkan jeleknya, bagusnya lebih banyak. 

Nah, yang aneh, bagus yang 9 tak dipublikasi, jelek yang 1 di-blow up seolah-olah itu yang yang selalu terjadi di Aceh. 

Menurutku, yang nggak betah tinggal di Aceh pasti pecinta maksiat. Maling, pezina, pemabuk, anti hijab, dan benci syari'at Islam. 

Datanglah ke Aceh. Coba tanya non Muslim yang tinggal di sini. Mereka saja pun betah. Aku sering ngobrol dengan mereka saat pekanan, hari Minggu, saat aku belanja. 

Aku tanya apa mereka betah dan bagaimana perlakuan saudara Muslim ke mereka. 

Mereka menjawab bahwa nyaman tinggal di Aceh dan nggak mau pulang kampung. Bahkan ada yang mengatakan ada anaknya yang muallaf. 

"Kenapa dikasih masuk Islam, Namboru?" 

"Dia suka. Yang penting, dia jadi baek. Kutengok, tambah baek dia abis masuk Islam. Udah nggak minum tuak lagi." Itu jawaban salah satu wanita setengah baya yang pernah kutanya waktu aku membeli baju bekas import yang dia jual. 

Oleh karena itu, jangan percaya pemberitaan tak benar apalagi yang disebarkan buzzeRp. 

Aku selalu berdo'a agar Aceh tetap menegakkan syari'at Islam. 

I love Aceh.
Dipublish: gureaceh. Blogspot. Com